SAMPAI di manakah kita kuat membendung badai krisis ekonomi global
yang imbasnya benar-benar akan kita rasakan pada paruh pertama tahun
ini? Jawabannya ada di dalam diri sendiri, yaitu bergantung pada
seberapa besar kita mampu memberdayakan potensi yang kita miliki.
Salah satu potensi besar yang sering luput dari arus utama kebijakan
ekonomi kita adalah pengembangan pasar domestik. Ia baru dilirik ketika
pasar ekspor sedang lesu. Dalam situasi normal, teropong ekonomi kerap
diarahkan ke pasar luar negeri.
Padahal, lebih dari 70% pendapatan negara berasal dari pasar dalam
negeri. Pasar ekspor hanya menyumbang kurang dari 30%. Bahkan, Menteri
Keuangan Sri Mulyani menyebutkan pada 2009 pasar domestik diperkirakan
menyumbang pendapatan negara lebih dari 80%, sedangkan pasar ekspor
hanya menyumbang sekitar 18%.
![]() |
Data tersebut menggambarkan pasar domestik memiliki potensi yang luar
biasa untuk digerakkan dan merupakan jawaban yang ampuh untuk
menghadapi imbas krisis finansial global yang akan lebih dirasakan
pedihnya oleh negara-negara yang bergantung pada ekspor.
Kepedihan itu terutama mendera sebagian besar negara yang kekuatan
pasarnya sedang tumbuh (emerging market) yang menguasai 60% pangsa pasar
ekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara maju. Akibat krisis,
permintaan dari negara-negara tujuan ekspor tersebut kini mengalami
penurunan sehingga berdampak terhadap permintaan barang-barang dari
negara-negara yang sedang tumbuh (emerging countries).
Karena itu, fokus mengembangkan potensi pasar domestik mestinya
menjadi prioritas utama kebijakan ekonomi pemerintah tahun ini. Kendati
menambah beban pada semua komponen ekonomi, fokus pengembangan potensi
pasar domestik akan mampu menyelamatkan masyarakat dari imbas krisis.
Tekad yang sudah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
malam menjelang pergantian tahun sudah tepat, namun harus lebih
dikonkretkan. Tekad itu adalah memelihara pertumbuhan ekonomi di level
4,5%, menjaga daya beli masyarakat, dan memberantas barang impor ilegal.
Langkah konkret menjaga daya beli, misalnya, bisa dilakukan dengan
melibatkan secara penuh produsen dalam negeri pada semua proyek negara.
Bahan-bahan yang komponennya sudah bisa diproduksi di dalam negeri,
seperti semen, besi lokal, dan aspal, harus dimaksimalkan dalam
pengerjaan proyek negara.
Untuk memperluas pasar domestik, negara harus memberi insentif lebih
berupa pembebasan pajak pertambahan nilai kepada dunia usaha yang sangat
dominan memakai komponen bahan baku dalam negeri dan banyak menyerap
tenaga kerja, seperti industri tekstil dan garmen. Kebijakan itu perlu
dilakukan agar masyarakat tetap bisa menjangkau harga produk tersebut
dan pengusaha juga diuntungkan karena pasarnya terjaga. Langkah itu
harus pula dibarengi dengan perang habis-habisan terhadap penyelundupan.
Jangan biarkan produk buatan China masuk secara ilegal dan
menghancurkan industri dalam negeri.
Jika semua langkah itu serentak dilakukan, beban ekonomi akan terasa
lebih ringan. Sebab, kita tidak bisa berharap banyak dari orang lain
untuk menyelamatkan negeri ini. Mereka juga sedang dilanda kepanikan dan
mencari pegangan yang kukuh agar tidak terhempas.
Kita hanya butuh membangkitkan kekuatan
pada diri anak bangsa untuk menyelamatkan negeri kita sendiri. Dan,
kekuatan itu ada di dalam negeri kita sendiri.
sumber:
editorial Media Indonesia
editorial Media Indonesia
http://witart.wordpress.com/2009/01/05/pasar-domestik-apa-khabar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar